Menu Article

Kamis, 20 Agustus 2009

Beberapa Tips Diterimanya Doa


Pada suatu hari, seorang Arab Badui bertanya kepada Nabi SAW: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga turunlah surat Al-Baqarah ayat 186:

qs2_186.gif

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Didalam ayat disebutkan bahwa keberadaan Allah SWT adalah sangat dekat, sehingga kita semua tidak perlu untuk berteriak keras ketika memohon kepadanya. Bahkan Allah SWT lebih dekat daripada urat leher kita (Qaaf 16):

qs-qaaf-16.gif

Dalam ayat di surat Al-Baqarah diatas merupakan janji Allah SWT untuk mengabulkan doa bila kita berdoa kepadaNya. Jadi doa itu harus dilakukan secara langsung kepadanya, tidak perlu perantara mahluk Allah yang lain dalam berdoa. Yakinlah akan janji ini dan berprasangkalah yang baik bahwa doa kita akan dikabulkan. Allah SWT dalam suatu hadits qudsi pernah bersabda:
hds-prasangka.gif
“Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku”

Jadi berprasangkalah baik bahwa Allah SWT akan mengabulkan dosa kita, niscaya Dia akan bersama dengan harapan kita. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam berdoa adalah jangan tergesa-gesa. Rasulullah SAW pernah berkata:
hds-tergesa.gif
“Akan diterima doa siapapun yang tidak tergesa-gesa.”

Maksudnya adalah jangan cepat berkata bahwa “Allah tidak menerima doaku” setelah beberapa kali berdoa. Ada kemungkinan Allah SWT masih menunda mengabulkan doa. Kita harus bersabar sampai doa kita diterima atau Allah SWT memberikan solusi lain yang lebih baik bagi kita.

Yang menarik ayat 186 surat Al-Baqarah ini terletak diantara ayat-ayat berhubungan tentang ibadah di bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan bahwa didalam bulan Ramadhan kita sangat dianjurkan untuk berdoa. Bukankah orang yang berpuasa itu doanya tidak akan ditolak seperti hadits Nabi SAW tentang tiga golongan yang tidak ditolak doanya yaitu pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka dan orang yang didzalimi:

hds-3-golongan.gif

Wallahu a’lam bish showab,

Jumat, 14 Agustus 2009

For Muslimah

La Tahzan SaudarikuKetentraman bathinmu terdapat pada imanmu,
Selamatnya hatimu terdapat dalam ridha hatimu,
Keteduhan matamu terdapat dalam shalatmu,
Kecantikan wajahmu terdapat pada senyummu,

Kehormatanmu terdapat pada hijab mu,
Ketenangan pikiranmu terdapat dalam zikirmu,
Saudariku, engkau dengan kecantikanmu lebih anggun dari sang surya,
Dengan akhlakmu lebih harum dari minyak wangi.

Dengan hatimu lebih terhormat dari tetesan hujan,
Dengan ketawadu’anmu lebih tinggi dari rembulan,
Maka peliharalah kecantikan mu dengan iman,
Dengan ridha dlm syukur dan dengan kemuliaan hijab mu.

Jadilah seperti intan didasar laut yg dlm,yg orng susah mengambilnya,dan perlu perjuangan untk mendapatkan nya,mahal harga nya,indah kilaunya,bening warnanya.

وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ

Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.” (An-Naml: 35)

Mukjizat Ilmiah dalam Puasa


Allah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.’ (al-Baqarah: 183)



Mukjiat Pertama: Keharusan Puasa bagi Setiap Orang

Para ilmuwan hari ini menganggap puasa sebagai fenomena yang vital dan fitri, dimana kehidupan yang sempurna dan kesehatan yang baik tidak bisa diperoleh tanpanya. Apabial seseorang atau bahkan seekor binatang tidak berpuasa, maka ia akan terjangkit berbagai macam penyakit. McFadon, seorang ahli kesehatan Amerika, mengatakan, ‘Setiap orang perlu puasa, karena kalau tidak maka ia akan sakit. Karena racun makanan berkumpul dalam tubuh dan membuatnya seperti orang sakit, memberatkan tubuhnya, dan mengurangi vitalitasnya. Apabila ia berpuasa, maka berat badannya menurun, dan racun-racun ini terurai daritubuhnya dan keluar, sehingga tubuhnya menjadi bersih secara sempurna, lalu bobot tubuhnya akan kembali naik, dan sel-selnya kembali baru dalam waktu tidak lebih dari 20 hari setelah berhenti puasa. Pada saat itu ia merasakan vitalitas dan kekuatan yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya.’

Di antara manfaat kesehatan dari puasa adalah:

1. Merilekskan tubuh dan memperbaiki syarafnya.
2. Menyerap zat-zat yang mengendap di usus. Pengendapan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan perubahan endapan itu menjadi kotoran yang beracun.
3. Memperbaiki fungsi pencernaan dan penyerapan.
4. Mengembalikan vitalitas organ pembuangan, dan memperbaiki fungsinya untuk membersihkan tubuh, yang mengakibatkan terkontrolnya stabilitas dalam darah dan berbagai cairan dalam tubuh.
5. Mengurai zat-zat yang berlebihan dan endapan-endapan di dalam jaringan yang sakit.
6. Mengembalikan keremajaan dan vitalitas sel-sel dan berbagai jaringan dalam tubuh.
7. Menguatkan indera dan meningkatkan IQ.
8. Memperbagus dan membersihkan Kulit.

Alexis Carrel, pemenang hadiah Nobel di bidang kedokteran, dalam bukunya Man the Unknown mengatakan, ‘Banyaknya porsi makanan dapat melemahkan fungsi organ, dan itu merupakan faktor yang besar bagi berdiamnya jenis-jenis kuman dalam tubuh. Fungsi tersebut adalah fungsi adaptasi terhadap porsi makanan yang sedikit…Gula pada jantung bergerak, dan bergerak pula lemak yang tersimpan dalam kulit. Semua organ tubuh mengeluarkan zat khususnya untuk mempertahankan keseimbangan internal dan kesehatan jantung. Puasa benar-benar membersingkan dan pengganti jaringan tubuh kita.’

Mukjizat Kedua: Minimal Puasa Satu Bulan dalam Setahun

Allah berfirman, ‘Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.’ (al-Baqarah: 185)
Prof. Nicko Lev dalam bukunya Hungry for Healthy mengatakan, ‘Setiap orang harus berpuasa dengan berpantang makan selama empat minggu setiap tahun, agar ia memperoleh kesehatan yang sempurna sepanjang hidupnya.’

Mukjizat Ketiga: Mengenai Penetapan Waktu Puasa dari Matahari Terbit hingga Matahari Terbenam

Waktu puasa syar‘i adalah dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari, dengan tidak berlebihan saat berbuka puasa. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa jarak waktu yang tepat untuk puasa adalah antara 12 hingga 18 jam. Sesudah itu, simpanan gula dalam tubuh mulai terurai. Dreanik dkk. pada tahun 1964 mencatat sejumlah penyakit komplikasi kritis akibat berpuasa lebih dari 31 hari (wishal). Di sini tampak jelas mukjizat Nabawi dalam larangan puasa wishal atau bersambung.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, ‘Janganlah kalian puasa wishal.’ Para sahabat bertanya, ‘Tetapi engkau berpuasa wishal, ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Kalian tidak sepertiku. Sesungguhnya Tuhanku memberiku makan dan minum saat aku tidur malam.’

Mukjizat Keempat:

Penelitian ilmiah membuktikan urgensi makan sahur dan berbuka untuk mensuplai tubuh dengan asam lemak dan amino. Tanpa kedua zat ini, lemak dalam tubuh akan terurai dalam jumlah besar, sehingga mengakibatkan sirosis pada hati, dan menimbulkan berbagai bahaya besar bagi tubuh. Nabi saw bersabda, ‘Umatku akan tetap dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.’

Rabu, 12 Agustus 2009

Sosok Rijalud Dakwah

Sosok Rijalud Dakwah

Monday, 12/01/2009 10:00 WIB Cetak | Kirim | RSS Barangsiapa berpegang teguh pada Islam secara sempurna, ia tak dapat digoyahkan oleh manusia bahkan gunung sekalipun. Tak dapat dihalangi oleh berbagai ujian., kekerasan dan rasa takut.

Dari Buku: Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan.

Penulis: Syaikh Jasim Muhalhil.

Sesungguhnya da'wah menjadi tinggi dan mulia dengan ketinggian dan kemuliaan pendukungnya. Harakah Ikhwan mengakui, hal positif dan negatif dari manhaj teoritisnya yang dapat diambil pada buku-buku yang sudah disebarluaskan, bagaimana tingkat ketsiqahan anggotanya terhadap manhaj. Diantaranya adalah menganalisa suatu masalah, sebagaimana terlihat dalam sikap dan tindakan mereka.

Namun tindakan pribadi (fardi) juga berbagai pemyataan spontan atas berbagai masalah, hal tersebut sama sekali tidak mencerminkan harakah secara umum. Sebab memang demikianlah tabi'at suatu pertumbuhan, yang juga erat dengan situasi kondusif yang mendukung prilaku tersebut. Di sini, akan kami paparkan contoh-contoh pribadi yang hendak dihasilkan Ikhwan melalui proses tarbiyah dan arahan mereka. Semua ini tentu saja terwujud setelah taufiq dari Allah swt.

Seorang Mujahid yang Menjadikan Da'wah sebagai Obsesinya

Imam Hasan al-Banna mengatakan: "Saya dapat menggambarkan sosok mujahid adalah seorang yang dalam kondisi mempersiapkan dan membekali diri, berpikir tentang keberadaannya pada segenap dinding hatinya. la selalu dalam keadaan berpikir. Waspada di atas kaki yang selalu dalam kondisi siap. Bila diseru ia menyambut seruan itu.

Waktu pagi dan petangnya, bicaranya, keseriusannya, dan permainannya, tidak melanggar arena yang ia persiapkan diri untuknya. Tidak melakukan kecuali misinya yang memang telah meletakkan hidup dan kehendaknya di atas misinya. Berjihad di jalannya.

Anda dapat membaca hal tersebut pada raut wajahnya. Anda dapat melihatnya pada bola matanya. Anda dapat mendengarnya dari ucapan lidahnya yang menunjukkanmu terhadap sesuatu yang bergolak dalam hatinya, suasana tekad, semangat besar serta tujuan jangka panjang yang telah memuncak dalam jiwanya. Jiwa yang jauh dari unsur menarik keuntungan ringan di balik perjuangan.

Adapun seorang mujahid yang tidur sepenuh kelopak matanya, makan seluas mulutnya, tertawa selebar bibirnya, dan menggunakan waktunya untuk bermain dan kesia-siaan, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang, dan mustahil tercatat dalam jumlah para mujahidin."

Da’i Yang Bergerak Karena Allah swt.

Adalah da'i yang berlari memohon syahadah kepada Allah swt. di saat melakukan tugas da'wah ilallah. Sebagaimana syahidnya 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi radhiallahu'anhu yang menda'wahkan kaumnya kepada Islam. 'Urwah adalah satu dari dua tokoh besar kaum musyrikin yang disebutkan dalam firman Allah, tentang perkataan kaum musyrikin:

"Dan mereka berkata, "Mengapa al-Qur'an tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekkah dan Thaij) ini?" (QS. az-Zukhruf: 31)

Ketika ia menyatakan diri masuk Islam, sekaligus menda'wahkan kaumnya kepada Islam, bertubi-tubi tombak dan anak panah dari segala arah merobek tubuhnya hingga syahid.

Da’iyah yang Memiliki Semangat Tinggi

Anggota harakah Ikwan, harus mempunyai semangat tinggi sebagaimana semangat al-Aslami adhiallahu ‘anhu yang pernah diceritakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah: “Bila anda ingin melihat tingkatan semangat, lihatlah semangat Rabi'ah bin Ka'b al-Aslami radhiallahu'anhu. Rasul saw. berkata: "Mintalah kepadaku." Ka'b mengatakan: "Aku ingin menjadi pendampingmu di.surga." Sementara orang lain ada yang meminta makanan dan pakaian.

Da'i yang Memegang Teguh Janjinya

Seorang akh, dibina untuk mengerti dan melaksanakan sikap shidiq, sebagai sikap mulia para sahabat ridhwanullahi'alaihim.

Seperti kisah Anas bin Nadhr radhiallahu'anhu yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Bahwa Anas bin Nadhr, absen dalam peperangan Badar. Beliau mengatakan:

"Aku tidak ikut dalam perang pertama yang disaksikan Rasulullah saw. Bila Rasulullah kembali berperang melawan kaum Quraisy setelah Badar, niscaya Allah 'Azza wa Jalla akan memperlihatkan apa yang akan kuperbuat."

Di saat perang Uhud, ummat Islam menderita kekalahan. Seseorang berkata kepada Sa'ad bin Mu'adz radhiallahu'anhu: "Wahai Sa'ad hendak kemana anda?" "Saya ingin menghampiri aroma surga di balik Uhud.' Sa'ad berangkat hingga syahid. Di tubuhnya terdapat lebih dari delapan puluh luka akibat pukulan pedang, tombak dan anak panah. Hingga jasadnya tak dikenal lagi oleh saudari perempuannya, kecuali melalui pakaiannya.

Lalu turunlah firman Allah swt. : “Di antara orang-orang mu'min ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah janjinya.” (QS. aI-Ahzab: 23)

Demikianlah seharusnya sikap teguh terhadap janji.

Seimbang dalam Semua Kondisi

Ikhwan membina anggotanya agar memiliki sikap berani, namun tidak mengabaikan sikap hati-hati, jauh dari sikap sembrono dan emosional. Mungkin sedikit manusia yang. dapat seimbang melakukan hal ini. Seorang yang dibiasakan bersikap pemberani, selalu berusaha memutuskan seluruh rintangan yang mengikatnya.

Mereka juga memiliki keta'atan tinggi yang diikat oleh kesadaran syar'i yang cermat, jelas, tidak serampangan dan bukan sikap mengikut buta.

Di sisi lain, anggota Ikhwan selalu memelihara potensi yang Allah anugerahkan pada dirinya. Seorang Ikhwan secara khusus mengerahkan semua kekuatannnya kepada seluruh yang mendatangkan manfaat kepada da'wah. Penyaluran potensi itu tidak dibiarkan tanpa kendali, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Ikhwan senantiasa mengiringinya dengan langkah takhtith (perencanaan) matang.

Da'i yang komitmen terhadap petunjuk nabawi

Seorang da'i yang berjalan di atas jalur syari'at, tunduk kepada sunnah, menjauh dari prilaku bid'ah dan semua yang tidak diperintahkan .oleh Rasulullah saw. Tindak tanduknya, sebagaimana petunjuk hadits Nabawi. la mengambil agamanya dari mata air Islam yang jernih dan minum dari sumber keimanan.

Bila ditanya tentang prinsipnya, ia mengatakan: “Ittiba’”. Bila ditanya tentang pakaiannya, ia mengatakan: "Taqwa." Bila ditanya tentang maksud serta tujuannya, ia mengatakan: "Ridha Allah." Dan bila ditanya di mana ia menghabiskan waktunya di waktu pagi hingga petang, ia menjawab: "Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang." (Qs. an-Nur: 36)

Dan di medan da’wah serta mengembalikan manusia ke jalan al-haq. Bila ditanya tentang nasabnya, ia mengatakan:

Orang tuaku adalah Islam. Tidak ada orang tuaku selainnya. Sementara orang bangga dengan keturunan Qais atau Tamim

Da’i yang Sabar

Ikhwan terbina dengan akhlaq sabar, sehingga di awal perj alanannya, salah seorang Ikhwan telah mengetahui apa yang diucapkan Ibnul Qayyim rahimahullah: "Sesungguhnya sikap untuk lebih mengutamakan ridha Allah, pasti akan berhadapan dengan permusuhan manusia, siksa, bahkan upaya mereka untuk membunuhnya. Yang demikian adalah sunnatullah di antara makhluk-Nya.

Bila tidak demikian, lalu apa dosa para Nabi dan Rasul yang memerintahkan keadilan di antara manusia dan menegakkan agama Allah ?" Maka barangsiapa yang lebih mengutamakan keridhaan Allah, niscaya ia akan memperoleh permusuhan dari orang alim yang jahat, manusia yang menyimpang, yang bodoh, pelaku bid'ah, yang banyak berdosa, dan penguasa bathil.

Barangsiapa berpegang teguh pada Islam secara sempurna, ia tak dapat digoyahkan oleh manusia bahkan gunung sekalipun. Tak dapat dihalangi oleh berbagai ujian., kekerasan dan rasa takut.

Mereka mengetahui bahwa kesabaran dapat dilakukan melalui dua perkara: tarbiyah atas sikap zuhud di dunia dan zuhud terhadap pujian. Tidaklah seseorang itu melemah, atau terlambat, dalam jalan ini, kecuali karena kecintaannya yang demikian besar pada kehidupan, kekekalan, serta kecintaannya pada pujian manusia dan upaya menjauhi kecaman mereka.

Jalan ini, bagi mereka, merupakan jalan yang pasti berhadapan dengan pendustaaan, pengusiran, dan siksaan, seperti ungkapan Ibnul Qayyim al-Jauzi rahimahullah: "Seseorang yang berlalu menuju Allah swt. adalah sebagai uswah. Dan itulah predikat yang sangat mulia. Seorang yang berakal cerdas rela beruswah kepada para Rasulullah, para Anbiya, Aulia, dan orang-orang yang dipilih Allah dari para hamba-Nya.

"Merekalah kelompok manusia yang paling berat ujiannya. Siksaan manusia terhadap mereka, lebih cepat berjalannya dari pada air mata. Cukuplah, contoh kisah yang disebutkan tentang perjuangan para Anbiya alaihimus salam bersama ummat mereka, juga perjuangan Rasulullah saw. Bagaimana siksaan musuh-musuh terhadap mereka. Siksaan berat yang belum pemah menimpa orang sebelum mereka."

Waraqah bin Naufal pemah berkata kepada Nabi saw.,"Engkau pasti akan didustai, diusir dan disiksa." Kemudian beliau bersabda: 'Tak seorangpun yang datang sebagaimana yang aku perjuangkan kecuali ia akan mengalami kondisi serupa dengan apa yang kualami."

Hukum ini berlaku hingga kepada para pewaris-pewarisnya. Tidakkah seorang hamba ridha menjadikan hamba terbaik Allah swt. sebagai uswahnya.

Pemberi Infaq yang Tidak Kikir Terhadap Da'wahnya

Sebagaimana disifatkan oleh pemimpin mereka Imam Hasan al-Banna rahimahullah: "Mereka tidak kikir terhadap da'wah, meski harus mengeluarkannya dari jatah makanan anak-anak mereka, mengucurkan darah mereka, atau harga mahal untuk kebutuhan primer. Apalagi dari kebutuhan sekunder, dan keperluan yang tidak mendesak.

Mereka, tatkala menanggung beban da'wah ini, benar-benar mengetahui bahwa ia merupakan jalan da'wah yang tidak mungkin dilalui dengan sedikit pengorbanan darah dan harta. Maka mereka keluarkan hal itu seluruhnya karena Allah swt.

Singkatnya, seorang al-akh dari mereka tengah melakukan perjalanan menuju Allah swt. bersama kelompok al-haq dan kafilah tauhid. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai keyakinan besar, para pendidik, manusia yang sadar, dan berpegang teguh kepada Islam, yang sedang mempersiapkan diri dengan ilmu, keahlian untuk berangkat berjihad. Masing-masing berlomba untuk bcrangkat, dan bila mereka berangkat mereka lakukan dengan penuh itqan.

Jika mengalami situasi sulit dalam peperangan, mereka bersabar. Mereka tidak akan rela hingga da'wah mencapai tujuannya. Meskipun mereka harus memeras seluruh kemampuan dan pemikiran mereka habis- habisan.

Bila mereka memberi perintah, perintah mereka kosong dari sikap memaksa. Dan bila mereka taat kepada perintah, ketaatan mereka terlepas dari sikap merasa hina. Bila mereka melontarkan kritik, kritik mereka jauh dari perusakan dan penghancuran.

Memiliki disiplin tinggi, teratur, para murabbi, perancang strategi menuju sasaran yang jelas, orang-orang teguh pendirian, komitmen, yang bila diberi amanah sebagai pemimpin mereka lakukan dengan ikhlash, jika diposisikan sebagai prajurit, mereka lakukan dengan penuh ketaatan. Setiap masing-masing mereka mampu berpikir untuk terus meningkatkan kemampuannya secara seimbang untuk selalu berupaya mengatasi masalah yang dilihatnya, mengambil hukum suatu pekerjaan dan aktivitas dari pikirannya. Mereka merasa bertanggung jawab untuk membela Islam. Puas dengan jumlah yang sedikit.

Dalam jiwa mereka terdengar sebuah prinsip yang begitu indah, “Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat." (QS. ash- Shaff: 13)

Betapa mereka bekerja keras di waktu siang, betapa indahnya lantunan "seruling" mereka, yang mereka ambil dari keluarga Daud pada waktu sahur. Kemudian saat mereka berhadapan dengan orang yang bengis dan keras, perkataan mereka adalah:

“Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan." (QS. Shaad: 11)

Mereka bertolak ke arah yang jelas, bergerak bersama sikap komitmen dengan ketaqwaan. Sumpah setia mereka sejati, ketaatan mereka bukan keterpaksaan tapi kesadaran, pandangan mereka penuh prhitungan, wawasan pemikiran mereka luas dan tidak sempit.

Masing-masing berprinsip menjadi pendukung setia terhadap pemimpinnya, cita-cita mereka adalah bertemu dengan Rabb sebagai syuhada. Mereka memandang tanggung jawab syari'at sebagai penyejuk mata, penyenang hati, penghidup ruh, mencampakkan sistem thagut dan undang-undang yang bathil.

Para rijal yang selalu memerangi kehendak nafsu mereka. Hati mereka rindu pada ketaqwaan, merasa tenang dengan dzikir. Mereka mengetahui bahwa jihad adalah aplikasi kerahbaniyahan Islam. Karenanya mereka persiapkan diri dengan senjata, dan mereka hunus pedang, mereka bentangkan busur.

Mereka mengetahui bahwa arwah mereka akan kembali diantara penghuni kubur, mereka tinggalkan bangunan dunia, semangat mereka meninggi dan prilaku mereka menjadi lurus. Mereka adalah junudullah (tentara Allah) di manapun berada.

Mereka adalah para imam, pemberi petunjuk, dan pemimpin kaum beriman. Mata mereka sering terjaga di waktu malam, dan mata mereka kerap mengucurkan air mata. Berbahagialah orang yang berada dan berpegang teguh bersama mereka.

Para rijal yang komitmen dengan seruan Rasulullah saw, secara bathin dan zahir. Mereka berpendirian sebagaimana Rasul berpendirian. Mereka berjalan sebagaimana Rasul berjalan. Mereka ridha dengan keridhaan Rasul. Menyambut seruannya bila Rasul menyeru mereka.

Landasan madzhab mereka adalah al-Qur'an dan sunnah, meninggalkan hawa nafsu, bid'ah, berpegang teguh dengan para imam dan berqudwah pada para salaf. Meninggalkan perbuatan bid'ah, berpendirian diatas apa yang ditempuh para generasi awwalun dari para sahabat, pembela Islam, sumur keimanan, inti sikap ihsan.

Pengetahuan mereka murni mengambil dari misykat wahyu dan hadits Rasulullah saw.

Para rijal yang meyakini bahwa mempelajari ilmu ikhlash karena Allah dapat melahirkan khasyiah (ketakutan), sehingga menuntut ilmu merupakan ibadah, mudzakarah mereka adalah tasbih, pembicaraan mereka adalah tentang "jihad" .Mereka menuntut ilmu hingga terkuaklah hijab yang menyelimuti hati mereka, sirna kegelapannya, berganti dengan fajar tauhid dan terpancar di dalamnya matahari keyakinan.

Jalan di hadapan mereka menjadi terang benderang, malamnya laksana siang. Hati dan jiwa mereka bangkit memperoleh al-Haq, dan meninggalkan selain-Nya.

Terlepas dari semua iradah mereka. Yang terpatri dalam hati mereka hanya bara khasyiyah yang membakar. Kerahasiaan mereka berhias al-haq, dan ‘alaniyah (keterbukaan) mereka terhias oleh akhlaq.

(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)